What Do You Need I Have

Sabtu, 21 Mei 2011

MANAJEMEN PERSEDIAAN

PERENCANAAN PERSEDIAAN

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:
Manajemen Operasional
Dosen Pengampu:
Tina Martini M.Si


Disusun Oleh :


Oleh :

A, Khoirun Nasihin : 209 197



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN SYARI’AH / EKONOMI ISLAM
2 0 11
PERENCANAAN PERSEDIAAN

I. Pendahuluan
Manajemen suatu perusahaan adalah nyawa dari suatu perusahaan. Manajemen yang menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Dengan adanya suatu pengelolaan dan manajemen yang baik maka suatu perusahaan akan mampu bertahan dari segala tekanan, kendala, dan rintangan yang ada. Begitu pula dengan manajemen persediaan yang sangat penting bagi kelangsungan perusahaan, Pentingnya sebuah perencanaan persediaan merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dalam manajemen produksi.
Peranan manajer dalam suatu organisasi itu sangatlah penting karena keberadaan manajer yaitu menjadi palang pintu atau menjadi salah satu ujung tombak dari keberhasilan dalam berorganisasi . Dalam pengelolaan manajemen persediaan peran manajer perlu mengetahui teori-teori dalam manajeman persediaan. Pada makalah ini akan diterangkan ruang lingkup manajemen persediaan dan perhitungan-perhitungan berbagai persoalan yang akan dihadapi dalam manajemen persediaan.

II. Pokok Pembahasan
1. Seperti apa manajemen persediaan dalam perusahaan?
2. Model Economic Order Quantity (EOQ)?
3. Perencanaan kebutuhan bahan?

III. Pembahasan
A. Manajemen persediaan perusahaan
Merupakan fungsi menejerial yang sangat penting, karena persediaan phisik banyak perusahaan melibatkan investasi terbesar dalam pos aktiva lancar. Persediaan (inventory) merupakan istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Menurut Handoko, Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Menurut jenisnya, persediaan phisik terbagi menjadi lima yaitu:
- Persediaan bahan mentah (raw materials)
Persediaan barang-barang yang berwujud seperti baja, kayu, dll.
- Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased part/components)
Yaitu persediaan yang terdiri dari komponen-komponen dari perusahaan lain, dimana komponen-komponen tersebut dapat dirakit menjadi suatu produk.
- Persediaan bahan pembantu aatau penolong (supplies)
Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.
- Persediaan barang dalam proses (work in proses)
Persediaaan barang-barang yang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses untuk dijadikan barang jadi.
- Persediaan barang jadi (finised goods)
Persediaan barang-barang yang telah selesai dibuat dan siap dijual kapada konsumen.
Menurut fungsinya , persediaan terbagi menjadi tiga yaitu berfungsi sebagai “decoupling”, “economic lot sizing” dan sebagai antisipasi. Fungsi sebagai decoupling karena memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier, dalam art mempunyai kebebasan dalam pemenuhan persediaanya sendiri. Sedangkan economic lot sizing manakala perusahaan melakukan pembelian dalam jumlah besar sehingga biaya-biaya yang keluarkan menjadi sedikit otomatis akan terjadi penghematan kas oleh perusahaan. Dan fungsi antisipasi jika terjadi sebuah fluktuasi permintaan oleh perusahaan dan jika perusahaan menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman.




B. Model economic order quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS) merupakan metode-metode yang yang digunakan dalam manajemen persediaan. Metode-metode ini dapat digunakan untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Dalam implementasinya barang-barang yang dibeli menggunakan metode dengan nama EOQ, sedangkan nama metode ELS digunakan pada barang-barang yang diproduksi secara internal. Dalam konsep teori EOQ, model ini berfungsi untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost). Model EOQ ini dapat diterapkan atas dasar asumsi sebagai berikut:
1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui
2. Harga per unit produk adalah konstan
3. Biaya penyimpanan per unit pertahun (H) adalah konstan
4. Biaya pemesanan perpesanan (S) adalah konstan
5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time, L) adalah konstan
6. Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”

 EOQ dengan “ backorders”
Sangat sering perusahaan dapat, dan akan mengalami, kekurangan persediaan tanpa kehilangan penjualan selama periode kehabisan peresdiaan (out-of-stock). Bila barang-barang disuplai terlambat ke pesanan-pesanan di waktu lalu, “backordering” terjadi . Hal ini akan menyebabkan adanya biaya “backordering” persediaan. Bila biaya backorderingbesarnya proporsional dengan kuantitas unit dan waktu barang-barang dipesan kembali, model sederhana dapat digunakan untuk menentukan EOQ.

Anggapan-anggapan dan istilah-istilah model “backorder” identik dengan EOQ dasar tetapi ada beberapa kekecualian seperti ditunjukkan dalam 11-3 dan diperinci berikut:
1. ada waktu ( t1 ) dimana ada surplus persediaan ( I )
2. waktu ( t2 ) dimana ada kekurangan persediaan ( Q – 1 )
3. setiap siklus memerlukan waktu sama ( tc )
4. biaya “backordering” per unit per tahun adalah konstan ( B, Rp / unit / tahun)
5. backorder dan persediaan dipenuhi secara bersamaan.
Rumus EOQ untuk model ini :

Contoh:
Seorang tenaga penjualan telah menginformasikan kepada departemen pengawasan persediaan suatu perusahaan bahwa para pelanggan produk tertentu tidak berkeberatan menunggu pengiriman barang bila diberikan potongan ketika harus menunggu. Tenaga penjualan tersebut memperkirakan bahwa biaya backordering Rp 150,-per unit per tahun. Parameter-parameter model lainnya :
D = 250.000 unit/tahun
H = Rp 50,- / unit/ tahun
S = Rp 35.000,-/order.
Dari data-data ini:
a) tentukan economic order quantity ( Q )
b) tentukan jumlah order (siklus) per tahun
c) tentukan jumlah yang dipesan kembali ( Q-1 )
d) tentukan biaya tahunan total
Penyelesaian:
a.

= 18.708 (1,1547)
= 21.602 unit
b. jumlah order siklus pertahun = D/F:

c. Jumlah yang dipesan kembali =Q-I

= 18.708 (0,866)
= 16.202 unit
Backorder = 21.602-16.202=5.400 unit
d.

= 303.796 + 404.950 + 101.241 = Rp. 809.987,-

 EOQ dengan Tingkat Produksi Terbatas (Finite Production Rate)
Model EOQ dasar menganggap bahwa kuantitas yang dipesan diterima seluruhnya pada saat yang sama (seketika), dalam jumlah tunggal Q. Berbagai produk yang dibeli dan diproduksi sendiri perusahaan tidak selalu memenuhi anggapan tersebut. Jadi, persediaan tidak dipenuhi semua seketika sebagai secara bertahap. Kuantitas pesanan tidak diterima dalam jumlah besar, tetapi dalam kuantitas-kuantitas yang lebih kecil sejalan dengan kemajuan produksi. Produk-produk yang dibeli atau diproduksi sendiri mempunyai tingkat produksi (p) yang relatif lebih besar daripada tingkat permintaan (d).
Anggapan-anggapan dan istilah-istilah model ini yang berbeda dari model dasar dapat diperinci sebagai berikut:
1. Kuantitas pesanan tidak dipenuhi semuanya pada saat yang sama tetapi tersedia dalam kuantitas-kuantitas lebih kecil pada tingkat produksi atau pemenuhan konstan (p).
2. Tingkat permintaan (d) besarnya relatif terhadap tingkat produksi.
3. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan (p-d).
4. Selama Q unit diproduksi, besarnya tingkat persediaan maksimum kurang dari Q karena penggunaan selama pemenuhan.
Rumusan EOQ, atau sering disebut juga economic production quatity (EPQ), model ini:

Contoh: sebuah perusahaan yang memproduksi kalkulator elektronik akan memperbaiki pengawasan terhadap persediaan. Plastik yang digunakan semua model kalkulator. Perusahaan memproduksi 500 kalkulator per hari selama 250 hari kerja setahun. Departemen pencetak plastik mempunyai tingkat produksi 1000 unit perhari. Biaya penyimpanan per unit Rp 500, pertahun, sedangkan biaya penyiapan mesin Rp 80.000, tentukan hal-hal berikut ini:
a. Economic Order Quantity
b. Biaya persediaan total pertahun
c. Lamanya produksi berjalan (tp)
d. Tingkat produksi maksimum (I)
e. Bandingkan hasil bagian (a) dan (b) dengan hasil menggunakan modal EOQ dasar.
Penyelesaian :
a. D = d (jumlah hari kerja) = 500(250)
= 125.000

= 6.324,56 (1,414)
= 8.944,28 unit
b.

=1.118.035 + 1.118.033 = Rp. 2.236.068


c. Q = p tp

d. I = Q – dtp = ptp-dtp = (p-d) tp
I = (1.000 – 500) 8,944 = 4,472
e. EOQ dasar
Kuantitas pesanan lebih rendah bila tingkat produksi terbatas diabaikan. Anggap bahwa hasil-hasil bagian (a) dan (b) adalah valid, biaya total nyata menggunakan EOQ dasar adalah:

= 790.570 + 1.581.138 = Rp 2.371.708


C. Analisis Persediaan Abc
Analisis ABC merupakan analisis Membagi persediaan kedalam tiga kelas : A, B, dan C, berdasarkan atas nilai persediaan. Secara umum, identifikasi ke tiga kelompok atau kelas persediaan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Kelas A : merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15 sampai 20%, tetapi mempunyai nilai rupiah 60 sampai 90% dari investasi tahunan total dalam persediaan.
Kelas B : merupakan barang-barang dengan jumlah phisik 30 sampai 40%, tetapi bernilai 10 sampai 30% dari investasi tahunan.
Kelas C : merupakan barang-barang dengan jumlah phisik 40 sampai 60%, tetapi bernilai 10 sampai 20% dari investasi tahunan.
Setelah perusahaan mengidentifikasi persediaan menjadi kelas A, B, dan C sistem pengendalian persediaan yang berbeda dapat digunakan dalam klasifikasi yang berbeda .

No Kelas A Kelas B Kelas C
1 Pengendalian ketat Pengendalian moderat Pengendalian longgar
2 Pengecekan secara ketat revisi skedul Serangkain pengecekan perubahan-perubahan kebutuhan Pengecekan sedikit dilakukan dengan membandingkan terhadap kebutuhan
3 Monitoring terus menerus Monitoringuntuk kemungkinan kekurangan persediaan Monitoring tidak perlu atau sedikit dilakukan
Tabel : Pengendalian persediaan masing-masing kelas dalam analisis ABC

D. Masalah Penentuan Nilai Persediaan Bahan
Bila bahan-bahan dibuat menjadi berbagai produk, nilai uangnya dikurangkan dari rekening bahan mentah dan ditambahkan ke rekening yang menunjukkan barang dalam proses. Kemudian, investasi bahan diambil dari rekening barang dalam proses dan ditambahkan ke rekening produk jadi.
Ini tampaknya sederhana, tetapi ada suatu masalah bagaimana menentukan nilai bahan yang diambil dari persediaan. Sebagai contoh, anggap sebuah tempat penyimapanan penuh dengan suatu macam barang - misal, 125 unit. Barang-barang tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut: 25 unit pada harga Rp. 5000/unit, 50 uint pada harga Rp. 6000/unit, dan 50 unit pada harga Rp. 7000/unit. Perbedaan-perbedaan ini ekstrim, tetapi akan menggambarkan secara jelas permasalahan. Ada 100 unit yang telah digunakan dalam produksi. Berapa harga atau nilai yang harus dicantumkan pada daftar permintaan bahan – Rp. 5000, Rp. 6000, Rp.7000 atau kombinasi dari ketiganya.
Ada 4 metode untuk menjawab pertanyaan ini: MPKP, MTKP, harga rata-rata tertimbang dan harga standar.
Masuk pertama keluar pertama (MPKP), penggunaan, MPKP atau disebut “First in first out” (fifo), berarti 25 unit pertama bahan akan dinilai dengan harga Rp. 5000, kemudian 50 unit berikutnya dengan harga Rp. 6000, dan 25 unit terakhir dengan harga Rp. 7000. Besarnya nilai bahan total 100 unit adalah:
25 unit a Rp. 5000 = Rp. 125000
50 unit a Rp. 6000 = Rp. 300000
25 unit a Rp. 7000 = Rp. 175000
100 unit Rp. 600000
Dan 25 unit bahan yang masih ada dalam persediaan akan bernilai Rp. 175000. Dalam contoh ini, MPKP mengecilkan biaya bahan mentah, dan dilain pihak menurunkan perhitungan harga pokok penjualan, menaikkan laba, dan menaikkan pajak.
Masuk terakhir keluar pertama (MTKP), penggunaan MTKP, atau “Last in first out” (Lifo), berarti 50 unit pertama bahan akan dinilai dengan harga Rp. 7000 dan 50 unit selanjutnya dengan harga Rp. 6000. Nilai bahan mentah total 100 unit adalah:
50 unit a Rp. 7000 = Rp. 350000
50 uint a Rp. 6000 = Rp. 300000
100 unit Rp. 650000
Dan 25 unit bahan sisa dalam persediaan bernilai Rp. 125000, MTKP mempunyai pengaruh yang berlawanan pada laba dan pajak dibanding MPKP. Selama periode waktu harga-harga bahan mentah naik, laba dan pajak akan turun.
Harga rata-rata tertimbang (weighted average cost) 125 unit bahan bernilai Rp. 775000 atau rata-rata Rp. 6200/unit. Sehingga, dengan menggunakan metode ini, 100 unit bahan akan dinilai sebesar Rp. 100 x Rp. 6200= Rp. 620000. 25 unit yang tinggal akan ditunjukkan dengan nilai Rp. 155000.
Harga standar (standart cost). Nilai persediaan ditentukan atas dasar standar yang telah ditetapkan. Metode ini biasanya digunakan untuk barang-barang yang dibuat sendiri oleh perusahaan. Anggap harga standar dalam contoh kita adalah Rp. 5750/unit. Bila ada 100 unit yang dimasalahkan, maka akan dinilai sebesar 100 x Rp.5750= Rp.575000. 25 unit barang yang tinggal dalam ruang penyimpanan juga akan dinilai pada harga Rp. 5750/unit, atau 25 x Rp. 5750= Rp. 143750.
Setiap metode akan menghasilkan gambaran biaya produk yang berbeda-beda. Ini berarti laba yang dihitung berbeda, dan ini mempengaruhi pajak pendapatan perushaan. Juga bila harga barang jadi ditetapkan atas dasar biaya produksi. Metode penilaian bahan yang digunakan akan mempengaruhi harga penjualan dan kemungkinan volume penjualan .

IV. Simpulan
Dari pokok bahasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa manajemen persediaan merupakan fungsi menejerial yang sangat penting, karena persediaan phisik banyak perusahaan melibatkan investasi terbesar dalam pos aktiva lancar. perencanaan persediaan sangat berpengaruh penting terhadap roda aktivitas kegiatan produksi. Lebih lanjut lagi jika hal tersebut dikelola dengan baik dan terukur maka akan kegiatan produksi akan berjalan efektif dan efisien.

V. Penutup
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca khususnya dan pelajaran bagi saya sendiri. kritik yang membangun sangat kami harapkan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiiin.



DAFTAR PUSTAKA

T. Handoko, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPPE, Yogyakarta: 1984
Http://Www.Docstoc.Com/Docs/18199491/Manajemen-Persediaan diakses tangal 2 april 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

class='post hentry uncustomized-post-template'>